Selasa, 26 Maret 2019

LABORATORIUM PSIKOLOGI LANJUT LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI KOGNITIF (Feature Detection)






LABORATORIUM PSIKOLOGI LANJUT
LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI KOGNITIF (Feature Detection)





























DISUSUN OLEH :


Nama                        : Anggi Prasetya Nugraha

NPM                         : 10516860

Kelas                         : 3PA15

Tutor                         : Mega Anggraini











FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS GUNADARMA

2019

I.            Teori

A.     Feature detection
        Menurut Goldstein (2008) feature detection adalah neuron yang merespon pada fitu-fitur yang spesifik yang dianalisis dari orientasi, ukuran dan seberapa kompleks fitur tersebut dalam likungan.
         Freidenberg dan Silverman (2006) berpendapat hal yang paling dikenal dalam teori feature detection adalah pandemonium. Ini diambil dari nama mental kecil “demons” yang mewakili pemrosesan suatu unit.
         Sedangkan menurut Solso, Maclin dan Maclin (2016) feature detection adalah sebuah pendekatan terhadap masalah bagaimana kita menyaring informasi dari stimulus rumit. Terori menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan pemrosesan informasi tingkat tinggi yang didahului oleh pengidentifikasian oleh stimulus kompleks yang masuk ke retina sesuai dengan fitur-fitur yang lebih sederhana. Dengan demikian, menurut pendekatan ini, sebelum kita memahami keseluruhan pola informasi visual, kita mereduksi dan menganalisi komponen-komponen informasi visual.
         Berdasarkan definisi menurut beberapa tokoh diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa feature detection adalah proses pengenalan stimulus melalui rangsangan visual.

B.     Jenis-jenis demon
         Menurut Freidenberg dan Silverman (2006) jenis-jenis demons dan tugasnya:
1.      Image demons, melihat objek secara keseluruhan.
2.      Feature demons, melihat ciri khusus pada pola.
3.      Cognitive demons, mengamati respon dari feature demons dan bertanggung jawab mengenali pola.
4.      Decision demons, mendengar hasil teriakan cognitive demons.

II.            Tujuan
   Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendeteksi fitur-fitur stimulus dalam suatu keadaan diantara stimulus lainnya.
III.            Point View
   Pentingnya dilakukan praktikum untuk membantu praktikan memahami materi feature detection pada mata kuliah psikologi kognitif dengan bantuan program CP3.
IV.        Pelaksanaan

A.    Langkah-langkah
1.      Nyalakan komputer
2.      Klik Vmware
3.      Klik power visual
4.      Klik app CP3
5.      Klik experimentàchoose experimentàfeature detection
6.      Untuk memulai klik experimentàstart experiment setup
7.      Untuk memulai percobaan kita dapat mengaktifkan tombol ON pada tiap percobaan yang terletak di pojok kiri. Tidak harus semua percobaan dalam posisi ON.
8.      Setelah itu, dalam percobaan yang telah aktif pilih karakter yang akan diisi pada kolom target dan distractor. Disini dicontohkan karakternya p untuk target serta q dan b untuk distractor. Disini juuga bisa menambahkan warna(color), jenis tulisan(font) dan ukuran karakter(size) bisa dipilih. Dalam percobaan ini ada tiga percobaan diantaranya :
A.    Target p dan distractor q  dan b
B.     Target p dengan warna pink(p), distractor q warna coklat(q) dan b warna orange(b)
C.     Target p dengan warna pink(p) dengan font&size (Arial, Bolditalic), distractor q warna coklat(q) dengan font&size (Arial,Italic) dan b warna orange(b) dengan font&size (Arial,Bold)
9.      Selanjutnya klik FileàStartàwith autologging(untuk langkah yang B dan C pilih without autologging agar tidak memasukkan file name lagi)
10.  Isi file name dengan nama_kelas dan klik ok
11.  Isi subject dengan nama depan dan klik ok
12.  Setelah muncul intruksi(dalam bahasa inggri) klik start
13.  Klik start untuk memulai percobaan
14.  Banyak huruf yang muncul dilayar jika menemukan target klik preset dan jika tidak klik absent.
15.  Setelah menjawab akan muncul jawaban yang telah dipilih benar atau salah (correct/incorrect) serta waktu menjawab dalam satuan msec.
16.  Jika sudah selesai menjawab semua akan keluar notice dan klik ok
17.  Isi file name dengan nama lengkap tanpa spasi_kelas
18.  Jika sudah menyelesaikan experiment klik fileàexitàfileàexitàcloseàsuspend
19.  Matikan kembali komputer.
B.     Hasil
Percobaan A
no
C/M
waktu
1
CORRECT
6980 msec
2
CORRECT
9879 msec
3
CORRECT
2580 msec
4
CORRECT
881   msec
5
CORRECT
2250 msec
6
CORRECT
8570 msec
7
CORRECT
5881 msec
8
CORRECT
9068 msec

Percobaan B
no
C/M
waktu
1
CORRECT
1641 msec
2
CORRECT
1920 msec
3
CORRECT
1969 msec
4
CORRECT
879   msec
5
CORRECT
721   msec
6
CORRECT
609   msec
7
CORRECT
441   msec
8
CORRECT
551   msec

Percobaan C
no
C/M
waktu
1
CORRECT
990   msec
2
CORRECT
551   msec
3
CORRECT
721   msec
4
CORRECT
770   msec
5
CORRECT
551   msec
6
CORRECT
439   msec
7
CORRECT
441   msec
8
CORRECT
379   msec

V.              Jurnal Terkait
Jurnal 1
Judul      : The essential decay of pandemonium : a demonstration of errors in complex beta-decay schemes
Jurnal     : Physics letters
Penulis   : J.C. Hardy, L.C. Carraz, B. Jonson, P.G. Hansen
Volume  : 71B(2)
Tahun     : 1977
Tujuan   : Untuk kasus 145Gd yang menimbulkan keraguan pada banyak skema peluruhan yang ditentukan dari spektrum tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah model statistik secara numerik. Sampel yang digunakan adalah spektrum γ-ray. Menggunakan Simulasi komputer γ-ray spektrum yang sesuai dengan peluruhan fiksi Pandemonium, yang dalam aplikasi ini telah ditetapkan massa dan nomor atom 145Gd. Jelas hasil kami memiliki implikasi yang lebih luas daripada hanya peluruhan 145Gd. Setiap skema rumit / 3-peluruhan yang didasarkan pada analisis puncak 7-ray dan keseimbangan intensitas sekarang harus dianggap sebagai diragukan. Dalam skema semacam itu, pemberian makanan 13-peluruhan untuk setiap level dianggap sebagai perbedaan antara intensitas total 7-ray yang mengurangi tingkat dan yang terlihat memberi makan. Jika intensitas 7-ray yang signifikan tetap tidak teramati, perbedaan-perbedaan ini tidak lengkap dan rasio percabangan yang diturunkan / 3-peluruhan, untuk semua kecuali transisi terkuat, bisa salah dengan urutan besarnya. Dalam melepaskan nilai-nilai "terukur" untuk sebagian besar / 3-transisi dalam skema peluruhan yang kompleks, kesimpulan ini mencerminkan sejumlah besar data yang ada, dan tentu saja menunjukkan perlunya mengevaluasi kembali kegunaan dari seluruh kelas percobaan.
Jurnal 2
Judul      : A contextual effect in feature detection with application of signal detection methodology
Jurnal     : Perception & psychophysics
Penulis   : Marcus Womersley
Volume  : 21(1)
Tahun     : 1977
Tujuan   : Menjawab pertanyaan apakah persepsi suatu bentuk secara eksklusif ditentukan oleh analisis sebelumnya atas unsur-unsurnya.
              Sampel diposisikan didalam ruangan visual khusus yang sudah terpasang detektor sinyal untuk percobaan. Sampel percobaannya adalah 10 orang dewasa diambil secara random. Dalam percobaan ini signal detection sebagai alat ukur. Dengan menggunakan deteksi sinyal, Eksperimen 1 mereplikasi temuan Weisstein dan Harris (1974) yang menyematkan fitur segmen garis dalam konteks figural kesatuan yang memudahkan pendeteksiannya. Hasil Eksperimen 2 menunjukkan bahwa agen yang paling mungkin dari konteks ini berpengaruh pada deteksi fitur adalah tiga dimensi dari konteks kesatuan. Dengan presentasi stimulus bi-hemiretinal. Eksperimen 3 menunjukkan efek konteks yang signifikan di sebelah kanan, tetapi tidak di bidang visual kiri. Beberapa paradigma saat ini diterapkan pada hasil ini.


VI.       Kesimpulan
   Pada percobaan yang telah praktikan lakukan, praktikan dapat menjawab semua soal dalam setiap percobaan dengan benar tanpa ada salah satupun. Ini berarti praktikan dapat merespon fitur-fitur yang spesifik yang dianalisis dari orientasi, ukuran dan seberapa komplek fitur tersebut seperti yang diungkapkan oleh Goldstein (2008).

VII.          Daftar Pustaka

Freidenberg, F. & Silverman, G. (2006). Cognitive science: A student’s handbook. Fifth edition. New York: Psychology Press.
Goldstein, E., B. (2008), Cognitive psychology: connecting mind, research, and everyday experience. Second edition. USA: Wadsworth Publishing.
Solso, R. L., Maclin, O. H., Maclin, M. K. (2016). Psikologi kognitif. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Hardy, J.C., Carraz, L.C., Jonson, B. & Hansen, P.G. (1977). The essential decay of pandemonium : a demonstration of errors in complex beta-decay schemes. Physics Letters,71 B(2),307-310.
Womersley, M. (1977). A contextual effect in feature detection with application of signal detection methodology. Perception & psychophysic,21(1), 88-92.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar